Thursday, April 26, 2012

Dilema Mekanisme Pengawasan Distribusi Soal UN

Ujian massal tahunan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia setahun sekali atau yang biasa kita sebut Ujian Nasional (UN) memang seringkali memiliki masalah-masalah yang selalu muncul, yaitu pada mekanisme pengawasan distribusi soal, kebocoran soal, hingga pelaksanaan dari UN itu sendiri. UN dilaksanakan pada tanggal 16 April 2012 untuk tingkat SMA, 23 April 2012 untuk tingkat SMP, dan 7 Mei untuk tingk`t SD. Soal UN tersebut harus di distribusikan ke seluruh wilayah negara Indonesia secara merata. Dan yang menjadi permasalahannya adalah pengawasan distribusi tersebut terlalu berlebihan. Dalam mengawas pendistribusian tersebut melibatkan anggota kepolisian maupun TNI hingga masuk ke dalam ruangan ujian.



Seperti yang diberitakan oleh VOA pada tanggal 19 April 2012, salah satu anggota dewan yang berasal dari anggota X DPR RI bapak Nasruddin turut menyesalkan hal tersebut. Nasruddin mengungkapkan mekanisme pengawasan distribusi soal dari pengawasan yang dilakukan aparat kepolisian dan tentara berlebihan. Apalagi dari hasil pemantauan yang dilakukan di beberapa sekolah di Bali, polisi dan tentara ikut masuk ke ruang kelas. Nasruddin mengungkapkan pengawasan yang berlebihan seperti ini akan sangat berpengaruh pada kondisi psikologis siswa.


Karena tindakan aparat yang berlebihan tersebut, menyebabkan peserta ujian akan merasa ada sesuatu yang terjadi. Disadari atau tidak anggota kepolisian dan TNI tersebut sangat mengganggu psikologis dari peserta ujian dan tentunya sangat mengganggu konsentrasi peserta dalam menjawab soal-soal ujian. Jika tekanan psikologis dan kurangnya konsentrasi tersebut terjadi sudah pasti akan menyebabkan hasil yang dicapai kurang maksimal. Jangankan masuknya anggota kepolisian atau TNI ke dalam ruang ujian, hanya dua orang pengawas saja sudah membuat para peserta memiliki tekanan tersendiri dalam mengerjakan soal.

Memang ada hal positif dan niatan baik dari tindakan yang dilakukan ini. Ujian bisa menjadi lebih ketat dari kebocoran dan menekan contek mencontek yang dilakukan oleh peserta melihat dari banyaknya kecurangan yang terjadi tahun-tahun sebelumnya.Tetapi hal ini bisa dinilai jadi berlebihan karena seharusnya aparat kepolisian maupun TNI cukup berjaga-jaga di gerbang sekolah. Para peserta tentunya akan semakin tidak menyukai aparat tersebut karena mereka menganggap hal yang dilakukan berlebihan sehingga menyebabkan mereka tidak bisa maksimal dalam mengerjakan soal karena merasa terintimidasi. Ini menyebabkan citra dari aparat tersebut juga akan menjadi buruk di mata para peserta maupun masyarakat luas.

Alangkah baiknya jika pihak-pihak terkait memikirkan solusi yang terbaik seperti apa dalam pengawasan UN tersebut. Tidak dipungkiri UN menjadi  momok yang menakutkan bagi para pesertanya. Jadi harus dipikirkan lagi bagaimana agar suasana UN itu sendiri bisa menjadi suasana yang nyaman bagi para pesertanya sehingga bisa mengerjakan dengan maksimal dan momok menakutkan tersebut tidak ada lagi dibenak para peserta dan tidak menjadi dilema untuk pihak-pihak yang terlibat.

4 comments:

Guru Gaul said...

Memang hal tersebut menimbulkan akibat yang positif dan negatif, namun menurut saya dalam kasus tersebut lebih banyak sisi positifnya..

Monggo mampir mb ke blog saya Apakah mekanisme pengawasan ujian nasional berlebihan?

Izzat Zakia Ridwan said...

semua tindakan yang kita lakukan pasti akan menimbulkan akibat entah itu positif atau negatif. yaa semoga aja ntar pemerintah bisa menemukan solusi yang terbaik untuk UN itu sendiri. :)

ok! thank you ud visite blog saya yaa :)

Unknown said...

Semoga sukses ya. Mohon beri komentar pada tulisanku yang ini ya - Indonesia mendunia lewat Gamelan dan juga yang ini - Memanusiawikan Lingkungan Sungai Ciliwung dan Sekitarnya

Izzat Zakia Ridwan said...

:) Sama2. Semoga sukses juga. Postingan kamu oke jg tuh. hehehe.

Post a Comment